KIMIA FISIK
EKSTRAKSI PELARUT
Disusun Oleh :
1. Agusta Ardiyan 11031001
2. Defni Susanti 11031009
3. Herwani 08031006
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai jenis bahan
terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan komposisi yang beragam. Dalam
pemanfaatanya, manusia dapat mengambil seluruh zat dari bahan tersebut atau
dapat mengambil beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk
dapat mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
proses, salah satunya yaitu ekstraksi.
Ekstraksi merupakan
proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses
distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan
mungkin merupakan gugs pengganggu dalam analisis secara keseluruhan.
Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi
secara selektif.
Proses ekstraksi
dapat dibedakan menurut bentuk campurannya menjadi dua jenis, yaitu padat-cair
dan cair-cair. Zat yang diekstraksi dalam ekstraksi padat-cair yaitu berbentuk
padatan. Sedangkan pada ekstraksi cai-cair, zat yang diekstraksi merupakan
bentuk cairan. Ekstraksi cair-cair inilah yang biasa disebut ekstraksi pelarut.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini
dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida
atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah
yang berbada dalam kedua fase pelarut.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Secara umum definisi ekstraksi pelarut/cair-cair adalah
proses pemisahan suatu komponen/solut dari larutan fase air menggunakan pelarut
organik tertentu. Dalam proses ekstraksi dihasilkan dua jenis larutan yaitu
larutan fase organik dan fase air. Larutan fase organik yang dihasilkan dari
proses ekstraksi adalah larutan yang kaya dengan solut yang diinginkan dan
sering disebut ekstrak sedangkan larutan fase air adalah larutan yang miskin
dengan solut disebut rafinat.
B. Prinsip dasar ekstraksi pelarut
Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :
P + V = C
+ 2
Keterangan
:
P =
fase
C =
Komponen
V =
Derjat kebebasan
Pada ekstraksi
pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan organik, C= 1, yaitu zat
terlarut di dalam pelarut dan fase air pada temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1, jadi kita akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2
C. Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan
sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat
yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang
klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali
sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase
organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan
pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang
tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir
merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek
saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi
cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter
current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup
dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan
didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya
ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang
dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.(Khopkar 1990)
Perbandingan antara
konsentrasi solut dalam fase organik terhadap solut dalam fase air disebut
koefisien distribusi (Kd). Efisiensi proses ekstraksi atau dapat dinyatakan
dengan persen solut yang terekstrak ke dalam fase organik. diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan :
E = persen ekstraksi untuk sekali ekstraksi
D = perbandingan distribusi
Vw = volume fase air
V0 = volume vase
organik
Bila volume fase air dan fase
organik sama (Vw = Vo), persamaan menjadi :
Ekstraksi
dianggap ideal secara kuantitatif bila E = 100 %, berarti :
Persamaan
ini menunjukkan bahwa jika Vw = Vo, ekstraksi dikatakan
baik untuk harga D besar.
D. Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini
adalah perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan
ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui
identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang
telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan
kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin,
meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum
diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti
dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan)
digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara,
misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses
ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah
biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi
belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam
program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme,
baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk
mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
E. Metode Ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi
merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode
maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
·
Modifikasi
maserasi melingkar
·
Modifikasi
maserasi digesti
·
Modifikasi
Maserasi Melingkar Bertingkat
·
Modifikasi
remaserasi
·
Modifikasi
dengan mesin pengaduk
·
Metode
Soxhletasi
Soxhletasi
merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon.
Keuntungan
metode ini adalah :
·
Dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
·
Digunakan
pelarut yang lebih sedikit
·
Pemanasannya
dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
·
Karena
pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
·
Jumlah
total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
·
Bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode
ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan
: diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
b.
Metode
Perkolasi
Perkolasi
adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan
yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga
tidak melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi secara panas
a.
Metode refluks
Keuntungan
dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya
adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.
b. Metode destilasi uap
Destilasi
uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial)
dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
F. Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi
penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang
bersangkutan.
Adapun
syarat pelarut lainnya yaitu :
1. Harga konstanta distribusi tinggi
untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus
pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah
dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk
emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak
bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang
terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut
G. Pelucutan (Striping)
Adalah
pengambilan kembali zat terlarut yang telah diekstraksi dari fase organik untuk
digunakan dalam analisis lebih lanjut :
• Zat terlarut
yang telah diekstrak dapat diukur absorbansinya menggunakan kolorimeter untuk
mengetahui konsentrasinya
• Bila fase
organik mudah menguap (dietil eter) dapat ditambah sedikit air kemudian
diuapkan di atas penangas air untuk mendapatkan zat terlarutnya
• Bila pelarut
pengekstrak tidak mudah menguap, zat terlarut dipisahkan dari pelarut dengan
cara kimia, yaitu dengan mencampur larutan asam atau reagensia lain dengan
pengocokan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Ekstraksi adalah suatu proses
pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut.
2.
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik.
3.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur.
4.
Tiga metode dasar pada ekstraksi
cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter
current.
5. Tujuan ekstraksi adalah untuk
menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
6. Metode ekstraksi mencakup ekstraksi
secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi secara dingin terdiri dari
metode maserasi dan metode perkolasi. Ekstraksi secara panas terdiri dari
metode refluks dan metode destilasi uap.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah.
Gramedia. Jakarta
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
http : greenman92.blogspot.com/2011/02/ekstraksi-pelarut.html. diakses Kamis, 17 Mei 2012
http : rohyami.staff.uii.ac.id/2012/04/10/ekstraksi-pelarut/. diakses Kamis, 17 Mei 2012
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia
Kuantitatif Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar